Friday, December 27, 2013

About A Lover


Give me a definition of a lover.
You don't have to be the loveliest couple to be a lover. You don't have to do lovely things to the lovely one to be a lover. You are a lover when you have something to fall in love with.


You love the curves that made by his lips in every single moment he smiles.
You love the way she spruces her hair even you know that she will messes it up again.
You love the smell of the land just after the rain.
You love the melting cheese piled up with smoke beef in an extremely jumbo size of pizzas.
You love the way people show their attitude by queueing in a line of ticket counter.
And you simply love the absence of your math teacher.

Love could be made by a connection between things, boys and girls, human and pets, lion and lioness, human and comics, human and photography, human and alien, etc.
Definition of love will never came into a universal agreement. It depends on how you want it to happen.

But let's make this easier by a sketch of a couple. The most vulnerable thing to expect in the meaning of a lover.

That thing between a man and his woman. Or a woman and her man. It has been a well-known issue since long ago even before the triceratops evolved into rhinoceroses. And it will always be, even until the robots take over the world.

I'm not an expert (and still don't have any idea why i should be), just another human being who try to capture the definition of a lover by a sketch.

(Well, there's something wrong in my internet connection so maybe i'll post the sketch later. Really sorry for the inconvenience)


That first thing appeared on my absurd-mind is a morning cackle. A chummy and cozy simple talk between two lovers.

She won't complains at your seedy-hair and he didn't even had time for looking at your newbie acnes  because both of you are in an extremely random chit chat, arguing why does the scientists hold back their willing for reviving tyrannosaurus rex from their bone marrow just to see how does they survive with two-tiny hands when attacking their preys.

Yes, she will gives you a cup of milk in a cute cup pattern (because you don't like tea and she refused to give you coffee) and placed it on the bed so your chat won't be bothered if one of you are craving for drink, and when you became too excited in describing the beauty of Raja Ampat, nudged the glasses, and messed the entire bed cover, the other will only smile at you. Then both of you will starting to laugh at it.

That day, no one will remember to make up the bed-because both of you won't leave it that soon-and continue discussing what will happen if spacecraft crews using NOS and anti aging and aliens are not that scary to talking with.

Reality isn't always that great. She may be complaining your smelly t-shirt and he may be mad because of the messed bed cover or anything,

But when your time is come, make sure that you choose The Right Creature to be involved in your awesome morning talk :)



Have a great great morning, organisms!


Thursday, December 26, 2013

One Late Night

Jadi begini ceritanya.

Menjelang tengah malam di hari jumat (yang katanya malem jumat kliwon kemarin), entah kenapa, kantuk itu sama sekali ngga muncul. Padahal di hari libur biasanya, mau ngga ngapa ngapain seharian juga jam 7 udah bisa bablas.

Guling gulingan di kasur, sampai di tepi kasur, ngulang berguling lagi ke arah sebaliknya, dan cuma gitu gitu aja. Dan masih ngga bisa tidur. Akhirnya nyoba nyalain tv. Yang nyebelin dari nyalain tv malem malem adalah, kamu ngga tau channel apa yang terakhir kamu liat sebelum matiin tv, dan acara apa yang lagi ditayangkan di sana. Soalnya ngga cuma sekali liat adegan hantu di zoom in pas nyalain tv malem malem. Ya emang acaranya kebanyakan gitu kan.

Oke, balik lagi ke ngga ngapa ngapain. Setelah nyalain tv dan nyari nyari channel yang cocok (dan mengganti channel secepat kilat saat ngeliat backgroundnya item item doang), dengan sangat ngawur malah milih: acara dangdut jawa campursari tengah malam. Semacam video klip, mungkin kayak MTvnya dangdut gitu. Lagu yang waktu itu diputer adalah tentang istri yang kecewa karena suaminya (terduga) selingkuh. Tapi videonya kocak, soalnya mas masnya njijiki. Mungkin video klip jaman sekarang harus banyak mencontoh video klip campursari, supaya ga kebanyakan galau dan sadar kalo ada lebih banyak hal yang bisa bikin kita tertawa, sekalipun keadaan itu miris, daripada sedih berkepanjangan tapi ngga mencoba melakukan sesuatu untuk merubahnya.

Butuh beberapa puluh menit sampai sadar kalo lagu lagu yang diputer makin susah dipahami, dan memutuskan buat ganti channel. Dan tontonan kedua yang bikin betah jatuh kepada: pertandingan bola city vs liverpool. Asik asik jos.

Pas turun minum, bingung lagi mau ngapain. Dan terbersitlah ide gila itu.

Kenapa ngga ngegambar? Udah berapa puluh taun ga gambar lagi tang?

Oke, kenapa ngga.

Dan memang bener bener terjadi, sampai beberapa jam setelah tengah malam pun, pensil masih belum bisa diberhentikan dari sketchbook mungil yang dulu selalu kebawa (kebawa ya bukan dibawa. Ini tandanya udah menyatu dengan raga) setiap masuk sekolah.

Awalnya pengen ngegambar cewek. As usual. Selalu suka pose pose cewek yang unik, dan menggambarkan kesan yang kuat. Tapi entah kenapa malem itu lagi pengen gambar yang lain. Akhirnya setelah ngubek ngubek ipad dan nyari pose yang unik, mulai lagi muncul pikiran anehnya.

Why don't you draw a couple?

Dan kayaknya akal sehat lagi kalah malem ini. Oke, kenapa ngga.

Mulai ngubek ngubek lagi pose pasangan yang unik. Yang bisa buat semua usia, semua kalangan, semua situasi, bahkan semua spesies. Intinya malem itu lagi pengen menggambar 'cinta'.

Soal gambar mellow, jarang banget pake model yang couple. Biasanya cuma cewek aja, atau cowok aja, dan biasanya lagi frustasi atau sedih. Karena menurut saya, gambar itu lebih bagus saat terlihat sedih. Modelnya, ataupun senimannya.

Tapi lagi lagi malem ini, ngga afdol rasanya kalo ngga nyoba hal yang baru. Let's make a happy couple. Why not?



Kemudian berbagai ide gila mulai bermunculan di kepala.

Saturday, December 7, 2013

Coro (2)

Percobaan pertama, saya pegang kakinya. Itu pertama kalinya saya teriak kecil karena kecoak. Biasanya saya anteng aja sama kecoak. Tapi disuruh pegang? Hmmm sensasinya sangat menegangkan. Agak agak kasar gitu kakinya, tapi wangi banget. Eh, itu sih karena parfum eke.

Percobaan kedua, saya coba angkat kecoaknya. Dicengkiwing. Dan anda tahuu? Ternyata kecoak itu cukup berat ya!! Padahal kakinya kecil, tapi badannya lumayan beraat.

Rasanya aneh saat si kecoak sudah berada dalam genggaman. Kemudian saya lempar lagi ke lantai. Saya baru inget saya belum buka pintu, nanti kalo saya berkutat di pintu kosan dan si kecoa bangun di tangan saya, lah piye?

Oke, sekarang pintu sudah terbuka lebar, menyambut jenazah kecoak di tangan saya. Satu, dua, tiga, KABUR. Beneran lari terbirit birit dari kamar ke tempat sampah raksasa di depan gerbang kosan. Udah ga peduli itu semua satpam pada bengong ngeliat salah satu anak kosnya yang imut imut dan anggun ini ternyata bisa lari dengan kecepatan maling sandal.

Tapiiii, kecoaknya sudah hilaaaaang! *goyang gergaji*

Pulang ke kamar kosan, bersiap buat siram air bekas pertempuran di kamar mandi tadi, saya dibuat tercengang. TERRRRRCENGANG.

ADA. SEEKOR. KECOAK. TERBALIK. DI TEMPAT. YANG SAMA. DAN DI POSISI. YANG SAMA. KAYAK. KECOA. YANG BARU SAJA. SAYA. BUANG.

Apakah ini kutukan dari sang hyang kecoaaaaaa?????

Sumpah ini nyata. Kecoaknya segede yang tadi, warnanya juga kayak tadi, bentuk sama fiturnya persis yang tadi, dan posisi sama gaya wafatnya juga sama kayak yang tadiiii!!
Aku merinding.

Tapi ya sudahlah, nasi sudah menjadi bubur.
Mari kita ulangi adegan lari maling tadi.



The End