Saturday, December 7, 2013

What To Expect When You're Expecting

Alohaaaa!
How's lifeee? Huahaha ngomong ngomong ini pertama kalinya saya membuka blog ini setelah berabad abad luamanyaa..
Ternyata memang benar kata para pendahulu, kehidupan perkuliahan itu sangat menyita banyak waktu. Sejak jadi mahasiswi, kerjaan saya itu cuma kuliah, nugas, atau pingsan di tengah jalan habis praktikum.

Ngga asik? Kata siapa? Justru di sini asiknya! Setelah 17 tahun dimomong orangtua, kemudian kita dilepas di kota lain dengan berpegang teguh pada beberapa helai baju dan kartu ATM. Dan kita harus bertahan hidup. Cool.

Lucu aja rasanya harus apa apa sendiri, dan banyak pengalaman baru yang mau ngga mau harus saya lewatin. Mulai dari perhelatan akbar dengan kecoa di tengah malam, nongkrong bersama mas mas (yang tidak saya kenal) di warung burjo, atau mengendus mangga mangga di supermarket--yang kata para ibu rumah tangga bisa mendeteksi kadar kemanisan yang terkandung dalam diri si mangga.

Tapi tahukah anda apa yang saya tunggu tunggu setiap mingguuu (selain transferan)??? Weekend!!!!!!

Sekedar cari tempat makan enak, belanja kecil kecilan, ataupun.......nonton tv kalo kebetulan ada film yang bagus. Naah, cerita ini bermula di hari seluruh makhluk intrmeds 13 akan melangsungkan ritual setiap akhir blok, yakni: CBT. Alias Computer-Based Test. Doi adalah semacam tes besar di setiap akhir blok, dimana tesnya itu menggunakan seperangkat komputer, 100 menit untuk 100 soal, dan setelah kita submit hasilnya, maka score kita akan langsung keluar. Taraaaah! Susah? Ga kok, guampang cekali. Saking gampangnya, 15 menit terakhir saya telen CPUnya.

Setelah keluar dari FK, saya dan makhluk yang sering bersama saya bagaikan kutil kembar (baca: Ayesha Duhita Pinasthika) ini memutuskan untuk menonton sesuatu. Dan emang dasarnya kita ini sama sama ribet, kita malah bengong di tempat yang kita kira semacam warnet--yang ternyata tempat nongkrong sekumpulan mas mas gamer. Kita diliatin. Kabur.

Akhirnya dengan ribetnya kita gotong DVD player Aye dan masang dengan penuh sukacita di kosan saya. Dan emang pada dasarnya kita sama sama ribet (lagi), kita bergumul cukup lama ("kabelnya ga sampe!!!" "Ga bawa remotenya!!!!") sebelum akhirnya bisa nonton film dengan damai. Film pertama, Eclipse. Sebenernya ini gara gara kemarennya kita keracunan Breaking Dawn part 2 ("duh kalo suaminya kayak gitu aku seumur hidup di rumah aja ga usah ngapa ngapain!!"-Ayesha, saat melihat adegan Edward dan Bella di rumah baru mereka), jadi kita nonton Eclipse. Film kedua, agak fail. Di 30 menit pertama kita bahkan ga ngerti ini filmnya tentang apa. S DVD berakhir dengan dikeluarkan paksa dari DVD player. Film ketiga, kita memutuskan buat muter What To Expect When You're Expecting.

Sebenernya ini bukan film berat, malah tergolong drama ringan yang pas banget buat makhluk stress pasca CBT macam kita ini. Singkatnya, film ini tentang berbagai kisah hamil. Yup, pengalaman hamil pada tiap calon ibu. Dilihat dari berbagai sisi, karakter, kehidupan, juga permasalahan yang mereka alami saat mulai menjadi calon ibu.


Film ini berhasil bikin kita berkata "wah asik bangeettttt" kemudian "oh God it's a big no" beberapa menit setelahnya. Di awal, semua keliatan begitu baik. Perfecto. Tapi siapa yang tau, pengalaman menegangkan justru dimulai dari situ!

Jules, fitness trainer yang selalu sok kuat dan ga mau kalah setiap berargumen sama pasangannya, ternyata bisa jadi wanita yang lemah juga. Yang ngga bisa selamanya stubborn dan ngurusin semuamuanya sendiri. Bahkan dia minta epidural juga pas persalinan.

Holly dan Alex, pasangan yang kurang beruntung karena ngga bisa memiliki anak mereka sendiri, ternyata bisa sampai pada satu keputusan bahwa mereka akan tetap mengadopsi seorang bayi Ethiopia walaupun keduanya sebenarnya sama sama takut, apakah mereka akan mencintai anak itu. Dan Alex, sukses diterima di "The Dude's Group", perkumpulan ayah ayah yg jago dalam mengurus anak.

Wendy, seorang pemilik butik menyusui, yang menganggap bahwa hamil itu suatu keajaiban, hal sakral, dan semua yang indah indah, ternyata juga bisa beranggapan bahwa, well, it's sucks. Itu bukan cuma soal betapa susahnya jalan dengan normal tanpa terlihat seperti bebek, atau susahnya mengendalikan buang gas dan buang air kecil di saat yang tidak tepat, tapi secara keseluruhan, semuanya memang indah kok.

Skyler, (kebetulan mertua dari Wendy dari pernikahan kedua ayah suaminya) yang sangat cantik dan luar biasa langsing dan feminin, justru menjadi sekuat kuda liar saat hamil. Dia bahkan berhasil mengeluarkan salah satu dari bayi kembarnya hanya dengan bersin kecil.

Terakhir Rosie, sepupu dari Skyler, seorang remaja yang secara tidak sengaja hamil dan beranggapan bahwa semua hal menjadi lebih buruk sejak saat itu, justru mulai bisa memperbaiki keadaan dengan Marco, ayah dari anaknya. Namun di saat mereka sudah mulai bisa menerima satu sama lain dan bahkan mengambil foto perkembangan bayi di perut Rosie setiap minggu, ternyata Rosie mengalami keguguran. Tapi justru itulah awal dari hubungan mereka.

Simpelnya, ini kisah tentang bagaimana mereka mengenal satu sama lain, karena sebenarnya semua karakter di sini saling memiliki hubungan dengan karakter lainnya. Film ini bukan menceritakan pengalaman hamil beserta permasalahannya, tapi justru lebih ke bagaimana suatu peristiwa kehamilan justru bisa mempererat hubungan keduanya, sebagai calon ibu dan calon ayah. Bukan hanya mengenai bagaimana cara mengatasi permasalahan itu, namun juga bagaimana kita harus mengenal satu sama lain sebelum bisa memutuskan bagaimana kita menyelesaikan permasalahan tersebut. Dan pada akhirnya, semua kembali kepada karakter masing masing, apakah bisa menerima tuntutan perubahan dari yang lainnya, dan apakah mereka bisa menjadi cukup dewasa dalam keadaan dimana mereka justru tidak bisa bersikap dewasa :)
Recommended!


No comments:

Post a Comment